"Ini sangat penting bagi kami selaku pengelola bandara untuk terus melakukan meningkatkan kemampuan, pembaharuan, dan memperbaharui teknologi yang terus berkembang," kata General Manajer Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali Yanus Suprayogi di Denpasar, Sabtu.
Pelatihan itu digelar pengelola bandara tersebut dengan menggandeng Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan RI dan "Transportation Security Administration" (TSA) Amerika Serikat.
Yanus mengatakan pelatihan yang dimulai Kamis (24/8) itu diadakan untuk meningkatkan kewaspadaan dan ketelitian dalam mengidentifikasi tindakan teror di bandara.
Sebanyak 30 petugas keamanan bandara wanita (avsec) dari 13 cabang bandara di bawah naungan Angkasa Pura I mengikuti pelatihan yang digelar di Hotel Novotel di lingkungan bandara setempat.
Yanus mengatakan petugas keamanan (avsec) wanita diharapkan mampu menerapkan efektifitas dalam proses pemeriksaan atau "screening" penumpang secara optimal termasuk mengatasi dan menggagalkan aksi bom bunuh diri.
Badan keamanan transportasi Amerika Serikat atau "Transportation Security Administration" (TSA) merupakan lembaga pemerintah yang bertanggung jawab dalam masalah keamanan penerbangan.
TSA, lanjut dia, pada tahun 2005 telah melakukan penilaian keamanan di Bandara I Gusti Ngurah Rai dan dua tahun kemudian bandara kebanggaan masyarakat Bali itu dinyatakan memenuhi seluruh aspek keselamatan yang dipersyaratkan.
"Kami sangat mendukung pelatihan ini dan berharap dapat menyerap pengetahuan dan pengalaman dari TSA," ucap Yanus.
Yanus mengatakan hingga saat ini baru Bandara I Gusti Ngurah Rai yang menjadi satu-satunya bandara di Indonesia yang secara aspek keamanan telah dinyatakan memenuhi persyaratan oleh dua institusi keamanan terkemuka dunia yaitu "Transportation Security Administration" Amerika Serikat dan dan "Office of Transport Security" (OTS) Australia. (*/dwa)