Jakarta (Antara Bali) - Banyak bencana alam yang luput dari perhatian media, kata
Pengajar Studi Lingkungan Global dari Universitas Kyoto, Rajib Shaw,
dalam Pertemuan Media Untuk Perubahan Iklim dan Pengurangan Resiko
Bencana yang diadakan, di Jakarta, Jumat.
"Satu bencana alam kadang dilaporkan secara besar-besaran oleh
media sedangkan bencana alam lainnya luput dari perhatian," kata Rajib.
Ia
mencontohkan bencana topan yang melanda Filipina tahun 2013 banyak
disorot oleh media lokal maupun asing sedangkan bencana kekeringan di
negara lain tidak mendapat perhatian yang sama dari media.
Rajib juga mengkritisi media yang hanya melaporkan kejadian bencana
alam tanpa memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat di lokasi
bencana seperti kapan sekolah akan dibuka atau stasiun pengisian bahan
bakar mana yang sudah bisa beroperasi.
Hal yang sama juga dinyatakan Direktur Divisi Teknologi Informasi
dan Pengurangan Risiko Bencana dari Kantor PBB Untuk Urusan Sosial dan
Ekonomi Wilayah Asia Pasifik, Shamika Sirimanne, mengatakan bencana
seperti kekeringan luput dari perhatian media.
"Padahal diperkirakan kekeringan akan lebih banyak terjadi di masa
yang akan datang dan bencana ini biasanya mempengaruhi kaum miskin
seperti petani," katanya.
Sebelumnya Sekretaris Jenderal Asosiasi Broadcaster se-Asia Pacific
(ABU), Javad Mottaghi, menyampaikan harapannya agar pertemuan media
yang diselenggarakan di Jakarta ini bisa memberi sumbangan positif dalam
upaya mengurangi dampak negatif perubahan iklim.
Pertemuan Media Untuk Perubahan Iklim dan Pengurangan Risiko Bencana (Media Summit on Climate Change, ICTs and Disaster Risk Reduction) di selenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Asosiasi Broadcaster se-Asia Pasifik (ABU).
Acara ini diikuti oleh ratusan jurnalis dan ahli komunikasi dari
berbagai negara seperti Indonesia, Jepang, Inggris, India, China,
Filipina, Thailand, Amerika Serikat, Bangladesh dan Vietnam.(WDY)
Banyak Bencana Luput dari Perhatian Media
Jumat, 6 Juni 2014 10:41 WIB