Medan (Antara Bali) - Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar
Aburizal Bakrie mengaku melihat fenomena yang mulai mengkhawatirkan
terhadap perkembangan demokrasi di Indonesia yang menunjukkan indikasi
perpecahan.
"Saya merasa gundah gulana karena masyarakat seperti terbelah dua,"
katanya dalam Halal Bihalal bersama Partai Golkar dan Depidar Soksi
Sumut di Medan, Selasa malam.
Menurut dia, fenomena mengkhawatirkan itu semakin terlihat dari
Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2014 dengan banyaknya materi
kampanye yang didasarkan pada prinsip primordialisme.
Pola yang menonjolkan primordialisme tersebut justru menyebabkan
Indonesia mengalami kemunduran yang cukup jauh dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
"Pada 28 Oktober 1928, kita sepakat satu nusa, satu bangsa, dan
satu bahasa. Tetapi pada 2014, kita justru terjebak primordialisme,"
kata politisi yang akrab disapa Ical itu.
Sebenarnya, kata Aburizal, perbedaan pendapat adalah fenomena yang
lumrah dalam demokrasi disebabkan adanya ketidaksepahaman mengeni
sesuatu.
Dalam sebuah demokrasi yang baik, perbedaan pendapat tersebut tidak
boleh menyebabkan hilangnya persatuan dan persaudaraan yang dibutuhkan
dalam pembangunan bangsa.
Untuk itu, diperlukan gerakan moral yang kuat untuk mencerdaskan
masyarakat agar tidak mudah terpecah belah meski memiliki pendapat dan
pandangan yang berbeda.
"Seluruh rakyat harus bisa disatukan karena perbedaan bukan berarti permusuhan," kata mantan Menko Kesra tersebut.
Ia menambahkan, prinsip persatuan dan kepentingan jangka panjang
tersebut menjadi "ruh" penting dalam pembentukan koalisi Merah Putih
yang diikuti Partai Golkar.
"Koalisi Merah Putih tidak didirikan untuk memenangkan satu
pasangan, melainkan kepentingan bangsa jangka panjang," kata Aburizal.(WDY)
Aburizal: Demokrasi Indonesia Mulai Mengkhawatirkan
Rabu, 20 Agustus 2014 8:06 WIB