Jakarta (Antara Bali) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank
di Jakarta Selasa pagi bergerak melemah sebesar dua poin menjadi
Rp11.695 dibandingkan posisi sebelumnya Rp11.693 per dolar AS.
"Sentimen mengenai ekspektasi kenaikan suku bunga AS (Fed rate)
masih menahan laju mata uang rupiah terapresiasi di pasar valuta asing
domestik," ujar Pengamat pasar uang Bank Himpuan Saudara Rully Nova di
Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan bahwa salah satu indikator AS sebagai acuan untuk
menaikan suku bunga cenderung mengalami perbaikan seperti jumlah pekerja
yang tumbuh, dan inflasi yang menuju target sebesar dua persen, kondisi
itu membuat mata uang dolar AS masih diminati pelaku pasar uang.
Dari dalam negeri, menurut Rully Nova, sentimen dari kenaikan bahan
bakar minyak (BBM) subsidi yang masih tarik ulur membuat mata uang
rupiah masih membebani lajunya untuk berada di area positif.
"Kalangan pelaku pasar mengharapkan adanya kepastian kenaikan BBM
subsidi karena hal itu akan positif bagi neraca transaksi berjalan
Indonesia ke depannya sehingga peluang rupiah naik secara konsisten akan
terbuka," katanya.
Ia mengatakan bahwa dengan menaikan harga BBM subsidi maka jumlah
defisit neraca transaksi berjalan Indonesia bisa digerus dan ruang
fiskal pemerintah Indonesia dapat melebar sehingga membantu pertumbuhan
ekonomi ke depannya.
"Saat ini ruang fiskal Indonesia cukup sempit sehingga untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi ke depannya akan terkendala," katanya.
Kendati demikian, ia mengatakan bahwa level nilai tukar rupiah saat
ini di kisaran Rp11.600-Rp11.700 per dolar AS masih cukup stabil.
Kondisi itu seiring dengan adanya penjagaan Bank Indonesia di pasar uang
domestik. (WDY)
Rupiah Selasa Pagi Melemah Tipis Dua Poin
Selasa, 2 September 2014 10:26 WIB