London (Antara Bali) - Harga minyak dunia diperdagangkan bervariasi pada
Selasa, setelah data manufaktur Tiongkok lebih baik dari perkiraan dan
karena pasar bereaksi terhadap serangan bom yang dipimpin AS terhadap
kelompok garis keras di Suriah.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November turun 28
sen menjadi berdiri di 96,69 dolar AS per barel di akhir transaksi
London. Brent telah naik pada pagi hari, terangkat angka manufaktur
Tiongkok, namun kemudian diikuti aksi ambil untung, lapor AFP.
Harga berada di bawah tekanan "dengan dimulainya kembali produksi
di ladang-ladang utama Libya kemarin membantu meningkatkan tekanan pada
komoditas", kata Chris Beauchamp, analis pasar di kelompok perdagangan
IG.
Sebaliknya, patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas
Intermediate untuk November mempertahankan keuntungan awal menjadi
diperdagangkan di 91,68 dolar AS per barel, naik 81 sen dibandingkan
dengan penutupan Senin.
Raksasa perbankan HSBC pada Selasa mengatakan indeks pembelian
manajer (PMI) awal untuk sektor manufaktur Tiongkok datang di 50,5 pada
September, dari angka akhir 50,2 pada Agustus. Angka di atas 50
mengindikasikan pertumbuhan dan berapa pun di bawah itu menujukkan
kontraksi.
Para analis telah memperkirakan angka itu merosot ke 50,0. Trek
indeks aktivitas manufaktur di pabrik dan bengkel kerja Tiongkok
merupakan salah satu indikator kesehatan ekonomi yang dipantau erat.
Tiongkok adalah konsumen energi terbesar dunia.
"Apa yang kita lihat dengan angka PMI Tiongkok adalah sebuah
rebound yang kuat ketika para analis telah benar-benar memperkirakan
kemungkinan kontraksi," Desmond Chua, analis pasar di CMC Markets di
Singapura, mengatakan kepada AFP.
"Angka-angka yang dirilis hari ini membawa beberapa perasaan
optimis seperti pesanan baru dan ekspor baru di Tiongkok yang
memperlihatkan tanda perbaikan," tambahnya.
Sentimen pasar di Tiongkok telah ditekan oleh serangkaian data yang
lemah untuk Agustus, termasuk terendah dalam lima tahun untuk
pertumbuhan produksi industri dan penurunan tak terduga impor, yang
telah menempatkan target pemerintah ekspansi ekonomi tahunan sebesar 7,5
persen untuk tahun ini dalam bahaya.
Chua mengatakan harga minyak juga terangkat setelah Pentagon pada
Senin mengumumkan bahwa Amerika Serikat dan "mitra"-nya telah
meluncurkan serangan bom untuk pertama kalinya terhadap kelompok garis
keras Negara Islam (IS) di Suriah.
Washington memulai serangan udara terhadap target IS di Irak pada 8 Agustus.
IS telah menguasai sebagian besar wilayah Irak dan Suriah serta menyatakan sebuah "khalifah" di daerah tersebut.
Serangan menyapu dimulai pada 9 Juni, mencegah Baghdad dari ekspor
minyak melalui pipa ke Turki dan melalui jalan darat ke Yordania.
Di Suriah, perang saudara tiga tahun antara pemerintah dan
pemberontak termasuk IS telah mengakibatkan produksi berkurang dari
400.000 barel per hari pada 2010 menjadi sekitar 25.000 barel per hari
pada Januari, menurut Badan Informasi Energi AS. (WDY)
Penerjemah: Apep Suhendar
Harga Minyak Dunia Diperdagangkan Bervariasi
Rabu, 24 September 2014 5:50 WIB