New York (Antara Bali) - Harga minyak AS merosot hampir delapan persen
pada Senin (Selasa pagi WIB), di tengah kekhawatiran tentang pelambatan
pertumbuhan global setelah pemilih Yunani menolak tawaran dana talangan
(bailout) dan Tiongkok bergerak untuk menenangkan gejolak pasar
keuangan.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate
(WTI) untuk pengiriman Agustus, turun 4,43 dolar AS, ditutup pada 52,53
dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus turun
3,78 dolar AS menjadi menetap di 56,54 dolar AS per barel di perdagangan
London.
"Akibat krisis di Yunani, bersama pasar Tiongkok tidak stabil, kami
langsung melihat permintaan minyak global terkikis dengan cepat," kata
Carl Larry, konsultan untuk Frost & Sullivan di Houston.
Para analis mengutip kekhawatiran tentang Eropa setelah Yunani
memutuskan secara tegas menolak langkah-langkah penghematan lebih lanjut
yang dikenakan oleh kreditor, melemparkan posisinya di blok mata uang
itu ke dalam keraguan.
Dalam referendum pada Minggu, lebih dari 61 persen warga Yunani
memilih "tidak", menolak usulan dari kreditor internasional yang
mencakup pemotongan pensiun, kenaikan pajak dan langkah-langkah lainnya.
Para analis mengatakan pilihan "tidak" meningkatkan kemungkinan
bahwa Yunani akhirnya keluar dari zona euro dan menambah ketidakpastian
ekonomi Eropa. Krisis Yunani juga telah mengangkat dolar, meningkatkan biaya minyak mentah bagi mereka yang menggunakan mata uang lainnya.
Volatilitas di pasar ekuitas Tiongkok mendorong Beijing untuk
melangkah mendukung pasar, tetapi disajikan untuk menggarisbawahi
pelemahan dalam perekonomian Tiongkok yang bisa berdampak terhadap
konsumsi energi di sana.
Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities, mengatakan
di atas keraguan tentang permintaan minyak, "kami memiliki masalah
pasokan besar" karena OPEC memproduksi "sangat" di atas kuota.
Dua anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak, Arab Saudi
dan Irak, secara bersama-sama memproduksi sekitar 900.000 barel per hari
lebih besar pada Mei 2015 daripada yang mereka lakukan tahun lalu, kata
Matt Smith, analis di ClipperData.
Menambah tingkat produksi yang tinggi saat ini adalah kian dekatnya
peluang kesepakatan antara perunding nuklir dari Iran dan kekuatan
global, yang dapat mengakibatkan pencabutan sanksi terhadap Iran,
membuka jalan bagi ekspor minyak mentah yang lebih besar, demikian AFP. (WDY)
Harga Minyak AS Jatuh Hampir Delapan Persen
Selasa, 7 Juli 2015 7:58 WIB