Chicago (Antara Bali) - Emas berjangka di divisi COMEX New York
Mercantile Exchange berakhir naik pada Jumat, setelah laporan Indeks
Biaya Ketenagakerjaan AS jauh lebih buruk dari yang diperkirakan.
Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Desember naik 6,4
dolar AS atau 0,59 persen menjadi menetap di 1.095,10 dolar AS per
ounce.
Sebuah laporan yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja AS
menunjukkan Indeks Biaya Ketenagakerjaan meningkat 0,2 persen, yang
analis katakan kenaikan terkecil dalam 33 tahun. Ini jauh lebih buruk
dari yang diharapkan, dan memberikan dukungan untuk logam mulia.
Analis percaya bahwa laporan yang sangat buruk dapat menekan ekspektasi untuk kenaikan suku bunga bank sentral AS.
Kenaikan suku bunga Fed mendorong investor menjauh dari emas dan
menuju aset-aset dengan imbal hasil, karena logam mulia tidak mengenakan
suku bunga. Belum ada kenaikan suku bunga The Fed sejak Juni 2006,
sebelum awal krisis keuangan Amerika.
Indeks dolar AS turun 0,27 persen menjadi 97,22 pada pukul 19.15
GMT, memberikan dukungan untuk emas. Indeks adalah ukuran dari dolar
terhadap sekeranjang mata uang utama.
Emas dan dolar biasanya bergerak berlawanan arah, yang berarti jika
dolar turun maka emas berjangka akan naik, karena emas yang diukur
dengan dolar menjadi lebih mahal bagi investor.
Perak untuk pengiriman September naik 4,9 sen, atau 0,33 persen,
menjadi ditutup pada 14,765 dolar AS per ounce. Platinum untuk
pengiriman Oktober turun lima dolar AS, atau 0,49 persen, menjadi
ditutup pada 985 dolar AS per ounce. Demikian laporan Xinhua. (WDY)
Emas Naik Setelah Data Ketenagakerjaan AS Lemah
Sabtu, 1 Agustus 2015 10:23 WIB