Jakarta (Antara Bali) - Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (Food and Agriculture Organization/FAO)
menyatakan banyak mata pencaharian di sektor pangan dan pertanian
terdampak oleh beragam bencana alam terkait perubahan iklim dalam
beberapa dekade terakhir.
"Tahun ini saja, petani, nelayan, peternak dan rimbawan skala kecil,
dari Myanmar hingga ke Guatemala, dan dari Vanuatu ke Malawi, telah
melihat mata pencaharian mereka terkikis atau terhapus oleh badai,
kekeringan, banjir dan gempa bumi," kata Direktur Jenderal FAO Jose
Graziano da Silva dalam siaran pers Pusat Informasi Perserikatan
Bangsa-Bangsa, Sabtu.
Menurut laporan FAO, kekeringan, banjir, badai dan bencana lain yang
dipicu oleh perubahan iklim telah meningkat dalam frekuensi dan tingkat
keparahan selama tiga dekade terakhir.
Hal tersebut menurut FAO juga meningkatkan dampak kerusakan pada
sektor pertanian negara-negara berkembang, dan menempatkan mereka pada
risiko ketahanan pangan.
Studi tentang rata-rata bencana alam tahunan organisasi itu antara
2003 dan 2013 juga menunjukkan bahwa semua jenis bencana alam, termasuk
yang terkait iklim, meningkat hampir dua kali lipat sejak 1980-an.
Sekitar
25 persen dari dampak ekonomi negatif akibat bencana terkait iklim
menurut laporan itu ditanggung oleh tanaman, peternakan, perikanan dan
kehutanan saja.
Sementara dalam kasus kekeringan, FAO menyatakan bahwa lebih dari 80
persen dari kerusakan dan kerugian mempengaruhi sektor pertanian,
khususnya produksi ternak dan tanaman.
Di Indonesia, pemerintah menyiapkan pembentukan badan ketahanan
pangan nasional untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya gangguan
pangan akibat perubahan iklim. (WDY)
Perubahan Iklim Kikis Mata Pencaharian Sektor Pangan
Sabtu, 28 November 2015 14:43 WIB