Washington (Antara Bali) - Para peneliti mendapati kemampuan binatang
mendeteksi arah angin sebagian terletak pada jenggot mereka.
"Hampir semua mamalia memiliki jenggot yang tertata rapi dalam baris
dan kolom di pipi mereka. Para ilmuwan telah memperlihatkan bahwa
hewan laut seperti anjing laut dapat menggunakan jenggot mereka untuk
melacak arus air," kata Yan Yu, mahasiswa PhD di Norwesthern University
yang ikut menulis studi yang terbit di di jurnal Science Advances.
"Pada mamalia darat, jenggot sudah diketahui terlibat dalam
merasakan sentuhan. Tapi tak seorang pun pernah memperhatikan apakah
hewan darat juga dapat menggunakan jenggot mereka untuk merasakan arus
udara," katanya.
Oleh karena itu Yu dan rekan-rekannya
menyelidiki peran jenggot pada kemampuan hewan
darat untuk merasakan arah angin dengan menggunakan lima tikus betina
berusia sama untuk dilatih menentukan sumber angin dari kipas angin
khusus di satu meja bundar.
Di sepanjang lingkar meja, lima kipas angin dipasang
dalam bentuk setengah lingkaran, dan secara acak dinyalakan satu per
satu untuk menghembuskan angin ke arah "pintu-awal" yang sama yang
ditaruh di seberang meja.
Satu tikus harus berlari dari pintu ke arah kipas yang menghembuskan
angin, dan turun ke lubang seukuran tikus tepat di depan kipas angin itu.
Masing-masing lubang mengarah ke satu terowongan di bawah meja, tempat
tikus tersebut mendapat penghargaan karena memilih kipas angin yang benar.
Setelah semua tikus melaksanakan tugas pada satu tingkat sekitar 60
persen benar atau lebih tinggi selama 10 hari berturut-turut, para
peneliti memotong jenggot mereka dan meneliti perubahan prilaku.
Akhirnya, hasil tim itu menunjukkan bahwa pemotongan jenggot mengurangi kemampuan tikus rata-rata hampir 20 persen.
Para peneliti mengatakan penurunan performa itu menunjukkan bahwa
tikus menggunakan lebih dari satu petunjuk untuk menentukan lokasi kipas
angin tapi jelas mereka masih sangat mengandalkan jenggot mereka untuk
melaksanakan tugas ini.
Untuk mengendalikan risiko tikus itu melihat atau mendengar suara
kipas angin, penelitian tersebut dilakukan di satu ruang gelap dengan
tambahan suasana bising.
Guna memeriksa kemungkinan tikus hanya
bingung karena pemotongan jenggot, satu lagi kelompok tikus dilatih
untuk berlari ke sumber cahaya bukan ke sumber angin. Tim tidak
menemukan perubahan dalam performa tikus-tikus itu setelah jenggot
mereka dipotong.
Dalam percobaan terdahulu yang disiarkan di Journal of Experimental Biology,
kelompok peneliti yang sama mendapati jenggot condong ke arah angin dan
makin keras angin berhembus, makin banyak jenggot yang condong atau
bergetar.
"Ketika jenggot meliuk, itu menekan reseptor di pangkal jenggot,"
kata penulis studi yang lain, Matthew Graff, dari Norwesthern University
di dalam satu pernyataan.
"Penelitian perilaku kita sekarang
menunjukkan informasi mekanis ini benar-benar digunakan oleh tikus untuk
menemukan sumber aliran udara."
Meski percobaan tersebut baru dilakukan pada tikus, tim peneliti
percaya jenggot kucing dan anjing juga digunakan untuk merasakan aliran
udara sebab mereka tersusun dengan cara yang persis sama.
"Masuk akal bagi binatang-binatang semacam itu untuk memanfaatkan
informasi mekanis, mengingat merasakan arah angin penting untuk banyak
perilaku, seperti menemukan makanan dan pasangan potensial, juga
menghindari pemangsa," kata Yu.
"Sekarang karena kita tahu jenggot membantu binatang mendeteksi arah
angin, kita bisa membuat 'jenggot' buatan yang bisa ditambahkan pada
robot untuk melacak dan mengikuti bau serta menemukan peledak, tumpahan
bahan kimia, dan biologi," katanya sebagaimana dilansir kantor berita
Xinhua. (WDY)
Jenggot Bantu Hewan Deteksi Arah Angin
Senin, 29 Agustus 2016 8:17 WIB